Hubungan Paradoksal Mitos dan Metafora dalam Karya Lukis Nahyu Rahma Fathriani


Oleh        : Muhammad Rahman Athian

Melihat lukisan manusia berkepala hewan pada halaman beranda facebook, membuat penulis berfikir bahwa lukisan tersebut buatan seorang kenalan penulis yaitu Nahyu. Seorang seniman wanita bernama lengkap Nahyu Rahma Fathriani ini adalah seorang yang cukup penting dan berpengaruh di dunia seni rupa Semarang, mengingat perannya sebagai salah seorang pelaku seni di medan sosial seni rupa Semarang Nahyu sangat banyak berperan aktif dalam pelbagai pameran dan kegiatan yang ada di Semarang.

Masih sangat terekam dalam benak penulis pada lukisan Nahyu yang bertemakan kucing pada pamerannya di Space BYAR di Semarang 4 tahunan yang lalu, lukisan-lukisan tersebut berangkat dari kesukaannya terhadap kucing. Proses pendalaman tentang sosok kucing makin ia perdalam hingga menemukan sebuah mitos “dewi Bast” yaitu dewi yang dipercaya masyarakat mesir kuno adalah jelmaan dari kucing hingga bagi siapapun yang membunuh kucing hukumnya adalah mati.



Pembacaan Dewi Bast dalam Tataran Mitos

Mitos adalah cerita suatu rakyat tertentu yang diyakini pernah terjadi namun belum jelas faktanya,  mitos sendiri sepengetahuan saya ada dua jenis, satu mitos tradisionil atau mitos kuno yang mengungkapkan suatu cerita yang biasanya merupakan hubungan transendental antara manusia dan Tuhannya atau bahkan makhluk gaib lainnya. Dan yang kedua mitos modern yang sama sekali tidak menyangkutpautkan dirinya dengan suatu kejadian dari masyarakat tertentu baik itu faktual maupun tidak. Terkait dengan disiplin Seni Rupa, Roland Barthes dalam Yasraf A. Piliang, menyebutkan bahwa mitos dalam sistem semiotika adalah tataran kedua (second order), yang dibangun berdasarkan prinsip konotasi. Kehadirannya mempengaruhi kondisi dimana konotasi (konvensi pemaknaan) menjadi denotasi (harfiah).

Sadar maupun tidak, sesungguhnya Nahyu sedang melakukan proses mentransformasikan pikiran masyarakat sekarang yang kurang percaya terhadap mitos – mitos dengan mengembalikannya ke pemikiran jaman mesir kuno yaitu melalui visual dewi Bast tersebut. Yang menarik disini jika dilihat dari segi mitos Nahyu sekaligus memboyong mitos tradisional dan mitos modernnya. Mitos tradisional yaitu ketika Nahyu melakukan transformasi visual manusia dengan kepala kucing yang menurut mitos mesir adalah dewi bast. Yang kedua Nahyu sendiri juga berada pada lingkaran mitos modern, yaitu saat dia yang membuat lukisan lambang-lambang mesir kuno dapat menjadikan mitos dirinya bahwa dia penganut zionism. Terlepas dari Nahyu seorang yang menganut zionism atau tidak, menurut penulis, Nahyu memiliki pembacaan tanda yang cukup baik, pembacaan ini ditandai dengan mengangkat persoalan mitos tradisional mesir yang cukup dekat dengan fenomena masyarakat Indonesia yang seringkali mempercayai hal-hal mistis hingga memudahkan dirinya guna mentransformasikan pemikirannya ke publik.

Pergantian Ruang Kosong Wajah Manusia Menjadi Hewan

Setelah Nahyu mengeksplor wacana visualnya dia juga menemukan sisi estetis dari manusia yang berkepala hewan yang digunakan untuk mengambil sifat kucing dan diterapkan pada sifat manusia. dalam hal ini sering disebut dalam seni rupa sebagai metafora. Metafora sering disejajarkan dengan bahasa “kiasan” karena metafora seringkali meminjam suatu objek guna menjelaskan objek lainnya, dengan pendekatan kualitas benda tersebut. Dengan gayanya yang khas dengan menggunakan media cat air, Nahyu mambuat komposisi tertata secara baik pada sebuah lukisan yang berjudul Antara Aku dan Frida (120 X 140 cm) yang memiliki bobot konflik yang cukup menarik untuk dikaji yaitu kekuatan lukisan manusia yang di metaforakan berkepala hewan yang modis menenteng tas bergambar Frida Kahlo.


Metafora simbol kepala kucing yang ada pada lukisan berjudul Antara Aku dan Frida, tersebut bisa juga menggantikan sifat wanita yang manja, karena memang kucing mempunyai sifat dasar manja. Tas yang ditenteng bergambar Frida Kahlo dimana dia sering berstatement kurang lebih seperti ini ”mengapa aku selalu melukis potret diri karena hanya aku yang paling mengerti diriku sendiri” kata tersebut mencerminkan visual kahlo dalam karya ini yang sengaja diambil untuk menyimbolkan kemandirian seorang wanita. Lalu simbol rambut berwarna pink adalah simbol kekinian. Secara kajian metafora karya ini ingin menggambarkan sebuah sifat wanita yang kekinian, yang sadar akan eksistensinya dalam bidang seni, sosial dan politik.

Akhirnya dalam menganalisis lukisan ini penulis berasumsi bahwa diskursus penggabungan mitos dan metafora sangat nampak, meskipun keduanya berkesan bertolakan (mitos ada pada tataran transformasi dari mitologi yang dibuat nyata, dan kebalikannya metafora meminjam simbol benda lain untuk menunjukkan kualitas yang sama dengan benda yang dimaksudkan) namun sebenarnya dapat menjadi kombinasi konsep yang menarik dan cukup problematis. Secara menyeluruh gabungan tataran Mitos dan Metafora dalam lukisan ini ingin mengangkat persoalan gender wanita yang Ia gambarkan secara “super” yang lewat mitos dewi Bast, dan mentransformasikannya juga dalam tataran modern dalam simbol Frida Kahlo yang merupakan seniman dan sekaligus seorang politisi “kiri” di negaranya pada masa itu yang dimetaforakan dalam visual wanita berkepala kucing yang membawa tas dan baju bergambar Frida Kahlo.

*(Penulis adalah Mahasiswa di Seni Rupa ITB).

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar disini, terima kasih

 

Total Pageviews

Translate