Museum Barli Riwayatmu Kini (Bag.1)


Oleh: Muhammad Rahman Athian

Kunjungan Saya ke Museum Barli

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi ”museum Barli” sebuah museum yang sangat ramah dan sangat hangat sambutannya, awalnya saya berfikir bahwa saya harus membayar untuk dapat mengakses museum, namun ternyata tidak! Semua masyarakat dipersilahkan mengakses museum Barli, Barli merupakan seorang seniman yang namanya melejit saat pendudukan Jepang, tercatat karyanya banyak dipamerkan karena lukisannya disamping memiliki teknik yang khas juga karena Jepang menyukai bagaimana penyampaiannya dalam melukis. Barli banyak berkarya dan berpameran dalam tingkat Internasional, namun bukan hanya itu cita-citanya, melainkan bagaimana mendidik masyarakat agar mau datang melihat karya seni rupa tanpa dibebani perintah guru[1], ataupun biaya masuk museum yang tidak terjangkau.
Plang depan Museum Barli

saya bertanya dalam hati “jarang juga ada museum yang seperti ini di Indonesia?” saya lekas bertemu dengan seseorang bernama pak Agung, beliau adalah pengajar dari Museum ini, untuk diketahui museum ini juga membuka sanggar melukis yang di setting lantai dasar, dengan banyak kanvas baru yang sudah ditata, banyak kuas baru yang masih dirawat yang diperuntukkan bagi siswanya yang belajar melukis dan menggambar disana karena itulah museum Barli dapat bertahan hingga saat ini meskipun memiliki kebutuhan yang banyak. Di lantai ini terdapat banyak lukisan dari pelajar yang belajar melukis atau menggambar disini, karyanya yang beragam membuat saya berfikir bahwa pola pikir pelajar dan bagaimana teknik pelajar sangat dibebaskan dalam berekspresi.
Penulis mengabadikan kunjungan di Museum Barli


pada lantai kedua inilah saya bertemu dengan seorang kepala Museum Barli yang bernama Adit, beliau adalah salah satu dari cucu almarhum Barli yang cukup aktif dalam menggalakkan sadar pendidikan seni bagi anak-anak, yang tentu saja tujuannya dalam menyadarkan anak-anak bebarengan dengan visi misi museum Barli yaitu untuk memperkenalkan seni rupa kepada siapapun. Kata siapapun benar-benar dipraktekkan manajemen museum Barli dengan tidak memungut sepeserpun pengunjung yang datang untuk melihat karya almarhum Barli. Sembari mengajari anak didiknya yang sedang menggambar adit menuturkan secara ringkas bagaimana kegiatan museum barli untuk mengedukasi masyarakat museum ini juga sering mengadakan kelas gratis untuk masyarakat sekitar, tidak memandang dari keluarga pejabat atau pemulung sampah.
Kegiatan museum Barli kelas senin sore

Di lantai dua terdapat banyak koleksi komik yang disusun rapi, komik ini adalah komik-komik kuno dari tahun 50-90an, menariknya lagi museum ini mendisplay benda antik yaitu game boat, dari jenis tetris, kapal, pesawat dan game seperti atari, nintendo dan sega. Menurut Adit hal ini bertujuan untuk menarik masyarakat awam untuk melihat lebih dalam bagaimana seni rupa itu sesungguhnya. Jika berjalan lurus, maka saya bertemu dengan manajer atau pengelola museum Barli, dengan ramah meminta saya menandatangani buku tamu dan memberi kartu nama.

Saya masuk ke dalam ruang pamer “old master” yang pertama yang ada di lantai dua, disini terisi beberapa karya almarhum ditata dengan rapih dan dijaga kebersihannya, meskipun udara di museum ini belum masuk standart suhu udara museum seni rupa kelas internasional museum ini menurut saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendisplay karya. Untuk pembahasan peletakan dan jenis karya apa saya akan saya bahas di tulisan selanjutnya.
Penyangga kanvas yang dipakai Almarhum Barli

Setelah berkeliling melihat ruang pamer lantai dua saya naik ke lantai tiga, dengan tangga yang melingkar saya melihat beberapa ruangan, yaitu ruangan lukis dan ruangan pamer. Dalam ruangan pamer terdapat beberapa karya, namun saya juga melihat barang lain, yaitu sandaran lukisan yang dipakai pak Barli saat melukis, alat-alat melukis, dan beberapa katalog pertama kali beliau berpameran. Sungguh kunjungan kali ini sangat hangat sambutannya dan membuat saya ingin sekali mengulanginya kembali, keadaan yang sangat tertata, runut display karya juga diperhitungkan, serta keteranganpun diberikan secara jelas menjadikan saya seperti disambut langsung oleh pak Barli sendiri.
*penulis adalah mahasiswa di Bandung

[1] Guru seni rupa seringkali kesulitan memberikan materi seni rupa karena seni rupa terus berputar sedangkan kurikulum membuatnya sulit untuk mengikuti cepatnya seni yang berkembang. Untuk itulah membawa anak didik ke museum barli juga menjadi pilihan yang jitu untuk memperkenalkan sejarah seni rupa Indonesia.

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar disini, terima kasih

 

Total Pageviews

Translate