Oleh : Muhammad Rahman Athian
Sebuah pameran pada
tanggal 3 november 2012, di lawangwangi Creative Art bertajuk Matahari
Centhini, berjumlah 17 karya lukis dan grafis Eddy Susanto. Secara keseluruhan
karya ini berbicara tentang biografi seorang yang hidup pada abad 19an bernama
Mata Hari dengan kontroversinya yang sangat menghebohkan, karena matahari
adalah seorang penari berkebangsaan belanda yang menurut beberapa sumber juga
merupakan keturunan kasta Brahmana. Dikarenakan selama Perang
Dunia I Belanda tetap netral dan oleh karena Mata Hari adalah
orang Belanda,
maka ia bebas keluar masuk ke negara-negara lain. Kondisi tersebut tak
disia-siakan Jerman, Jerman meminta Mata Hari untuk memata-matai Perancis
dengan bekal latar tarinya yang erotis Jerman yakin Mata Hari akan banyak menyerap
Informasi dari kondisi Perancis namun naas Mata Hari akhirnya bertemu
kematiannya karena Perancis mengetahui siasatnya dan Ia di tembak mati.
![]() |
Beberapa visual Matahari |
Karena
erotisnya Mata Hari sekaligus kemampuannya dalam memata-matai Perancis, membuat
biografi Mata Hari menarik divisualkan karya seni rupa, secara visual rangkaian
karyanya merupakan gambaran biografis Mata Hari dengan membenturkan kearifan
dan kesensualan dalam sebuah karya hingga membaurkan yang tabu dan yang arif,
menurut penulis keadaan ini sengaja dimunculkan mengingat konvensi kata “seks”
dalam pemikiran masyarakat Indonesia yang di anggap tabu hingga malu-malu dalam
membahasnya padahal masyarakat di beberapa tempat di Indonesia pada abad 19
juga telah mengenal sebuah dokumentasi pembelajaran seksual yang dinamakan
serat centhini atau dengan nama resmi Suluk Tembangraras, sebuah serat yang
terdiri atas lebih dari 700 lagu-lagu itu banyak mempersoalkan seks dan
seksualitas, namun justru itulah banyak pemberitaan mengenai serat ini.
![]() |
Tekstur di atas lukisan Matahari berupa serat centhini |
Bertolak dari Kamasutra dan Berakhir
Pada Majalah TIME
Jika
ditengok secara menyeluruh, seluruh karya Eddy ini menceritakan perjalanan
kehidupan Mata Hari secara berbagai sisi, dari fakta bahwa dirinya adalah
keturunan kasta brahmana hindu, hubungan darah dari Asia dan Eropa, ketiga
diakuinya sebagai penari erotis, dan terakhir sebagai dirinya yang mempunyai
banyak sisi dan kegiatannya yang penuh nuansa politis. Kamasutra #1 dan
kamasutra #2 (akrilik pada kanvas 250 X 154 cm). Dua lukisan tersebut saling
bertaut hampir seperti cermin, secara visual yang nampak adalah dua figur Mata
Hari yang sama yang dilukis dengan teknik sama dengan tujuan arah saling
menghadap (simetris) ditambah dengan teks hindustan sebagai tanda “teks” dari
kamasutra India. dengan figur yang simetris tersebut Eddy menggunakan pembeda
pada warna teks dengan warna hitam dan putih mengingat Mata Hari mempunyai dua
sisi, yaitu Mata Hari sebagai seorang keturunan brahmana namun di sisi lain dia
juga sebagai penari erotis yang menjadi mata-mata Jerman.
Sembilan
Mata Hari Centhini #1-#9 (masing-masing menggunakan media akrilik pada kanvas
berukuran 200 X 100 cm) merupakan gambaran kesempurnaan tubuh wanita perpaduan Eropa
dan Asia yang digambarkan secara sensual dan diadukan dengan serat jawa yaitu
serat centhini yang arif dan sakral dengan penggambaran sebuah figur wanita
yang memakai pakaian ala hindustan dan menggerakkan tubuhnya secara erotis
keberanian Eddy dalam menampilkan karya ini beralasan karena dia menambahkan
sebuah teks serat jawa yang taktil pada kanvasnya, terlepas tulisan tersebut
mengandung makna atau tidak, konten berupa teks tersebut mampu menjadi
pelengkap konsep pada karya lukis ini yaitu sebagai sebuah serat yang membalut
kesensualannya.
![]() |
Matahari RGB |
Diakuinya
Mata Hari sebagai penari erotis nampak pada karya selanjutnya yang berjudul
Biographic #1-#3 akrilik pada kanvas dengan ukuran 250 X 154,5 cm, secara
visual tergambar dokumentasi mass media (koran, majalah dan sumber tertulis
lainnya) yang direpresentasikan dalam sebuah karya, menceritakan bahwa pencapaiannya
sebagai penari dimanfaatkan Jerman guna politiknya memata-matai tentara
Perancis, hingga saat kematiannya media massa banyak meliputnya. Dan terkahir
yang menurut penulis paling menarik dikaji adalah RGB Mata Hari #1-#3 media
akrilik pada kanvas dengan ukuran 250 X 100 cm. Nampak berbeda dengan yang lain
jelas dikarenakan visual awal, jika karya yang lain adalah karya yang berwarna
klasik dengan pemberian teks jawa maupun hindu, serta penggambaran ulang
dokumentasi, karya ini menyuguhkan pemendangan yang justru futuristik, pada
display nya tiga karya ini diberi sentuhan lebih khusus berupa sorot lampu yang
berwarna merah, biru dan kuning yang jika lampu hijau mengenai karya maka warna
yang terlihat hanya merah saja, begitupula yang terjadi pada saat lampu
berwarna kuning dan merah menutup konten berwarna sejenis. Karya tersebut
menggambarkan sisi kehidupan Mata Hari yang berbeda tetap menarik dikaji pada
konteks kekinian.
Menutup Sensualitas dengan Sentuhan Teks
Centini
Pameran
Mata Hari merupakan pameran berbasis riset sejarah yang mengklasifikasikan
konten secara sinambung dengan tata display klasik menggunakan lampu display
berwarna kuning untuk menambah kesan klasik. Eddy hanya menampilkan kesan
sensualnya bukan kesan kengerian kematiannya bukan tanpa alasan, kehadiran
sensualitas yang nampak pada karya ditutupinya dengan fakta sejarah yang
mengatakan bahwa Mata Hari adalah keturunan Brahmana yang kemudian mempelajari
teks kamasutra dan centhini yang merupakan sebuah kumpulan teks yang mengajarkan
tentang kepuasan bersenggama, walaupun tujuan kamasutra dan centhini adalah
melestarikan keturunan dengan baik yaitu mengagungkan aktivitas “seksual” guna
mendapat keturunan yang diberkati Tuhan namun Mata Hari menggunakannya sebagai
tarian erotis.
![]() |
Pengunjung sedang mengapresiasi karya |
Namun
karena karya ini mengangkat sejarah faktual dan kearifan sebuah kitab yang
bertujuan menghubungkan transendental manusia dengan Tuhannya sehingga leburlah
pemaknaan sensualitas pada Mata Hari yang pada awalnya penulis berkonvensi
tentang keseksian, sensual berubah menjadi karya yang menarik dikaji.
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar disini, terima kasih